“Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu”. Ini adalah sebuah peribahasa yang hendak mengungkapkan bahwa kita tidak akan dapat menyelami, mengetahui, atau menebak isi hati orang lain. Perasaan yang ada dalam hati sulit diketahui karena ia adalah sesuatu yang tidak kelihatan.
Penulis Ibrani mengatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Iman berkaitan dengan hal yang tidak kelihatan. Artinya, ketika kita beriman, itu merupakan perkara hati; ada dalam diri; sesuatu yang tidak kelihatan. Namun, iman juga adalah perkara yang kelihatan, yaitu melalui segala hal yang orang tunjukkan dalam perkataan dan perbuatan. Misalnya, kesaksian hidup Habel yang mempersembahkan kurban syukur kepada Allah; kesaksian Henokh yang hidup berkenan kepada Allah; dan kesaksian Nuh yang taat ketika disuruh membuat bahtera besar sementara hujan lebat belum terjadi. Kesaksian hidup orang-orang yang mengikuti kehendak Allah menjadi bukti yang kelihatan dari iman mereka kepada Allah.
Iman memang perkara hati; tidak kelihatan oleh orang lain; hanya diri sendiri dan Tuhan yang tahu. Namun, iman juga seharusnya merupakan perkara kesaksian yang kelihatan. Agar iman kita kelihatan, maka perkataan dan perbuatan kita seharusnya sesuai dengan iman kita kepada Tuhan.
DOA: Tanpa perbuatan, iman tidak akan pernah menjadi kesaksian.
0 $type={blogger}:
Post a Comment