Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

 



Oleh Dance Yumai
yumaidance@gmail.com

Abstak

 Rumah yame owaa/emawa adalah tempat pengumpulan parah pria atau laki-laki, dan disitu ada banyak cerita yang mereka ceritakan. Bukan hanya cerita tertapi dimana para laki-laki melakukan apa saja yang mereka lakukan-tradisinya mereka dalam hal ini orang papua lebih khususnya wilaya mee-pago atau meuwodide, baik itu membuat berbagai kreatifitas, berkaitan  dengan budaya yaitu panah jubii, noken, aksesoris dan busana mereka.

kata kunci: wilaya mee-pagoo, emawa/yamewa, budaya, - cerita.


        I.                        Pendahuluhan.

Pandangan umum budaya adalah kebiasaan yang turun temurun dari kenerasi ke kenrasi, berhungan dengan kebiasahan masyarakat  setempat suatu wilaya. Penulis memandu mendalam terkait dengan aktifitas yang dilakukan oleh suku  mee di wilaya di meuwodide berkait dengan aktifitas yang dilakukan dalam rumah lelaki/pria di yamewa atau emawa tersebut sebagai berikut:

1.      Wilaya mee-pagoo adalah wilaya adat leluhur nenek moyang suku mee/ekari yang berdominasi batas wilaya kegata sampai dengan makatakaida itu adalah wilaya yang kasih oleh Tuhan (Ugatame) dengan Cuma-Cuma, untuk mewariskan oleh generasi ke kenerasi suku mee di (meuwodide)/meepagoo.

2.      Emawa adalah tempat dimana para-pria yang meginap tempat tersebut. Dalam hal ini rumah permanen yang mereka bangun untuk para-relaki yang  tidur bangun dan melakukan berbagai aktifitas didalam di kediaman mereka.

3.      Dalam emawa/yamewa tersebut mereka juga melakukan berbagai aktifitas yang sering dilakukan baik itu lagu tradisional (Ugaa), cerita mob, cerita pendek CERPEN, cerita terkat relatifitas maskawin, cerita rakyat (Umitou-Mana) dan berbagai bentuk cerita. Selain itu mereka juga memotifasi dan menasehati satu sama lain memberi cerama metode oral/lisan terhadap anak-anak mereka atau orang yang lebih mudah dari mereka. Agar adanya oral-teori tersebut, anak-anak atau parah lelaki muda (umitou-mana) itu sebagai pedoman tolak ukur masa depan mereka.

     II.                        Landasan kehidupan suku mee/ekari

Tatanan hidup suku mee tidak terlerpas dari (moralistas, spirtualitas, humanisme, relatifitas, dan heritabilitas tanah leluhur mereka “heritage of the land”).

a.       dengan adanya Dinamika pondasi siklus diatas suku mee juga punya jati diri sebagai kebanggaan itu sendiri, mereka mempunyai “moralistas”  atau jati diri mereka yaitu budaya, dalam hal ini adat istiadat yang begitu eloknya, (koteka moge) yang menujukan mereka juga punya ciri-kash budaya “show of the culture”  budaya atau kebiasaan suku mee adalah modal yang tidak bisa bayar oleh harta bendah berbentuk apapun, karena budaya adalah harkat dan martabat suatu bangsa yang mewarnai identitas suku bangsa tersebut.

b.      Selain Budaya, suku mee/ekagi juga memiliki kepercayaan “spritualitas” yang sangat ketat, kuat, bersifat terhormat dan cuci. Sebelum misionaris masuk di meuwodide mereka juga mempunyai dasar humum Tuhan 10 (sepuluh) hukum Allah (diyodouya mana-gati) dan mereka juga percaya bhawa Tuhan yang menciptakan Langit dan bumi serta segala isinya itu ada (Ugatame).

 secara literal/harfial UGATAME ialah yang  menciptakan segalah sesuatu langit dan bumi serta segalah isinya. Artinya Ugatame. Kepercayaaan mereka kepada ugatame itu sangat cuci, sacral dan terjaga sehinggah kepercayaan tersebut juga selaluh mereka komandangkan dalam berbagai acara atau Ibadah mereka.

c.       Suku mee/ekari juga mempunyai kasih dan  Kemanusiaan “humanisme” yang sangat erat dengan budaya mereka, suku mee selaluh kasih yang besar dan psikologis orang mee pada umumnya memiliki kasih sayang sangat terjaga dan mereka juga menghargai pegujun atau suku papua lain yang datang di daerah mereka  kampung tertentu, orang yang pendatang itu sangat special dalam kehidupan mereka. Sehingah, mereka melakukan pesta yang sangat meria bagi mereka sebagai tanda kehormatan sebagai teman atau saudara yang terhormat, Dalam kehidupan suku mee.

d.      Salah satu, kebiasaan yang terjaga dalam kehidupan suku mee/ekari  ialah  hubungan “relativities” suku mee yang sangat  kuat dalam kekeluarga mereka ialah memiliki harga diri sebagai Om, none/akone, akaitayoka/naitaiyoka, akepa/anepa ani keneka/aki keneka dan lain sebagainya, yang artinya  dalam budaya suku mee memiliki kerabat  keluarga yang sanggat panjan “relativities of the family”.

e.       Suku mee/ekari memiliki tanah yang luas batas wilayah Kegata samapai Makatakaida itu disebut dengan (Meuwodide) adalah pemilik Wilaya Adat Mee-Pagoo lebih khusunya suku Mee/Ekari saja . kehidupan orang papua dan lebih khususnya suku mee/ekari  bersifatnya kehidupan mereka kelangsungan hidup ”viability”  dalam hal ini tanah atau lahan ini memberikan mereka berkebung, nelayang, ternak, berburuh dan  bangun rumah dan mewariskan tanah/lahan nenek moyang mereka “heritage of the land” dan tanah itu sifatnya mama kita, tanah ini yang memberi kita hidup di atas tanya itu sendiri

 

III.                        PENUTUP

Kehidupan suku mee/ekari memiliki batas wilaya yang yelas yaitu mee-pagoo atau meuwodide. parah relaki atau kaum pria mempunyai emawa/yamewa yang disebut dengan rumah untuk lelaki para kaum pria  yang berpusat atau kediaman untuk tempat tinggal mereka.

Suku mee/ekari juga, tidak terlepas dari kerabat keluarga mereka sebagai melengkapi dan mejaling untuk ambahkaan dalam  kehidupan mereka sebagai hubungan yang panjang dalam kehidupan suku mee mereka.

Suku mee, selaluh patut kepada kepada 10 (sepuluh) hukum Allah (diyodouya mana gati) sebagai penenutuh hidup dalam suku mee. Apabilah melangar salah satu hukum orang tersebut umur pendek dan tidak lama lagi meningal dunia.

Suku ekari juga memiliki (humanisme dan sociable) yang tinggi untuk kehidupan sehari-hari mereka. Akan tetapi,  itupun juga tidak semua orang. Namun, kebanyakan mudah bergaul “sociable”  terhadap hal-hal baru, baik itu hal negatif maupun positif tergantung orangnya.

Suku mee sendiri mereka mempercayai Ugatame adalah segala Tuhan di muka bumi ini. Sehingga, kehidupan mereka jahu dari beribadah dan bersyukur kepada Ugatame, mereka selaluh merasa putus asa dan tidak ada harapan bagi mereka  karena mereka merasa hubungan intim dan terjaling dengan Ugatame Sebagai Tuhan Mereka sudah jahu dari mereka. Karena anggapan dan kepercayaan mereka Ugatame adalah segala yang diciptakan di muka bumi ini hanya melaluhi dia maka kehidupan mereka selaluh mendahulukan Ugatame dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Cerita dari yame owaa,hakikat dan siklus kehidupan suku mee/ekari

Read More


Oleh : Mesak Kedepa


Abstrak: Tinjauan dari sudut pandang Penulis, kehidupan Bangsa  Papua (Melanesia) hingga saat ini, belum menemukan hidup aman dan damai, hidup bersama dengan Bangsa Indonesia (Melayu). Karena dalam kehidupan kedua bangsa ini berbeda pulau, sejarah, budaya dan etnik (different of history, cultures, and ethnicity even the island). Sejauh ini tidak pernah hidup berdampingan dan menyelesaikan masalah secara akurat. Seharusnya sebagai manusia yang berhati kemanusiaan dan keadilana semua kejadian yang sedang terjadi di tanah Papua harus mencari solusi tanpa kekerasan, kekejaman, peniksaan, perampokan, dan pembunuhan, terhadap rakyat pribumi Bangsa Papua.

Kata Kunci: aneksasi, tidak adil, tidak sah, pembunuhan, perampokan

1. Pendahuluan

Setiap manusia hak untuk hidup diatas Negeri nya sendiri, tapi kehidupan bagi rakyat Papua (Melanesia) sangat menyedihkan dan menakutkan atas kehadiran bangsa Indonesia (Melayu) sedang menjajah dan mendominasi di Pulau Papua bagian barat (West Papua) secara tidak sah. Maksud dan tujuan utama kedatangan Bangsa Indonesia di tanah Papua hanya provokasi dan persuasi untuk mengacaukan

kehidupan Orang Asli Papua (OAP), serta menghancurkan dan merampok Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah (natural resources) di tanah Papua.
Indonesia datang menduduki di Papua Barat, kenyataannya ada 4 pokok yaitu: kepentingan ekonomi, kepentingan politik, kepentingan keamanan, dan kepentingan pemusnahan etnis Melanesia. Untuk mencapai empat agenda besar ini, pemerintah, TNI, POLRI selalu menggunakan berbagai bentuk kekerasan untuk menyembunyikan pembohongan mereka (Yoman,2011).1 Pembunuhan terhadap (OAP) dan kerusakan (SDA) di tanah Papua, tentunya kesepakatan gelap antara pemegang dan penguasa bangsa Indonesia dan Kapital global niat jahat untuk beroperasi dan mengeksploitasi secara ilegal di tanah Papua.
Telah membuktikan bahawa tanah dan rakyat Papua Barat menjadi korban konspirasi politik global dengan kepentingan ekonomi dan isu bahaya komunisme di asia-pasifik (Yoman,2011).2 Semua perlakuan brutal dan khianat bangsa Indonesia (Melayu) yang tidak etis dan tidak manusiawi (unethical and inhuman) sedang terapkan terhadap bangsa Papua (Melanesia) secara masif terus digulingkan nyawa bagi orang Papua hingga kini masih terus berlanjut di pulau Cendrawasih (bird of paradise island of West Papua).

2. Indonesia Masih Nuntut Dengan Sikap Kekerasan Bangsa Papua Gabung Dalam Bangsa Indonesia

Indonesia tidak akan beruntung atas bangsa Papua secara tidak sah dan aneksasi (illegal and annexation) dengan tekanan keras memaksakan bangsa Papua (Melanesia) gabung dalam bangsa Indonesia (Melayu). Tidak ada pernyataan satupun wilayah pulau Papua bagian barat (West Papua) gabung dalam bangsa Indonesia sesuai dengan amanat dejure dan defacto pedoman Negara yang sedang berlaku

1
 Socrates Sofyan Yoman, West Papua Persoalan International; ( Hal. 17), Cendrawasih Press,  Jayapura
2 Socrates Sofyan Yoman, West Papua Persoalan International; (Hal.16). Cendrawasih Press, Jayapua

dalam bangsa Indonesia. Pada bulan Juni 1969 (Yoman, Sejarah Papua yang Dipalsukan, 2016)3
Seluruh rakyat Papua mulai dari Sorong-Samrai telah ketahui dengan bergaya jahat dan bertopeng kejam atas kehadiran dan kedatangan bangsa Indonesia (Melayu) sedang mendominasi dan mempermainkan orang Papua di Pasifik selatan wilayah bangsa Papua (Melanesia) di West Papua. Walaupun mereka anggap hebat dan licik mendominasi di tanah Papua tapi suatu saat orang Papua akan merdeka dan damai diatas negeri sendiri. Sesuai pernyataan di buku (Yoman,2011)“Di atas batu ini, saya meletakkan peradaban orang Papua. Sekali pun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri,” (Izaac Samuel Kijne, 25 Oktober 1925, di Wasior, Manokwari)4.
Dilihat dari sudut pandang orang yang baik hati dan teladan tinggal di tanah Papua, pastinya mereka telah saksikan keadaan hidup orang Papua begitu menakutkan dan menyedihkan, dan tentunya dalam benak dan batin mereka selalu prihatin dan peduli atas tindakan keji dan kejam sedang terjadi di tanah Papua.

3. Harus Memahami Kehidupan (OAP) Dan Jangan Diam Dan Bisu Di Tanah Papua

Penulis ingin menekankan dengan hati yang tulus dan elegan kepada mereka yang sedang tinggal di tanah Papua, malas tahu dengan keadaan pembunuhan dan peniksaan masif terhadap Orang Asli Papua (OAP) yang tidak bersalah terjadi di setiap teritorial di Pulau Papua. Keseluruhan mereka yang tinggal di tanah Papua baik

3
 Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia mengakui kepada anggota Tim PBB, Dr. Ortiz Sanz, secara tertutup (rahasia): “bahwa 95 orang-orang Papua mendukung gerakan kemerdekaan Papua” (Sumber: Summarey of Jack W. Lyd man’s report, July 18, 1969, in NAA, Extracts given to author by Anthony Bamain) kutip di www.satuharapan.com/( 2016/09/06)
4 Socrates Sofyan Yoman, Gereja dan Politik di Papua Barat; (Hal.17), Cendrawasih Press, Jayapura



itu berasal dari diluar Papua (non-Papua) maupun orang asli Papua harus sadar dan kontrol diri sebagai manusia yang berakhlak dan bermoral bahwa,
Pertama, Bagi orang Papua tidak ada gunanya, orang pendatang (migrant), datang di tanah Papua dengan perlakuan yang tidak perikemanusiaan (inhumane) ditembak dengan moncong senjata atas nama kepentiangan negara moderen Indonesia dan kapital global, tidak pernah menyuarakan dan mengadvokasi hingga kini setiap masalah factual telah di bungkamkan.
Kedua, untuk apa hidup di tanah Papua tanpa pelayanan dan pengorbanan kepada mereka yang dapat meniksa dan menewaskan nyawa atas kepentingan, pengangkatnya pangkat dan jabatan dalam bangsa moderen Indonesia.
Ketiga, apa gunanya hidup di tanah Papua, jika manusia berakal budi tapi, tidak peduli dan prihatin dengan pemilik tanah Papua (indigenous peoples) sedang digulingkan nyawa atas pemilik hak mutlak kekayaan alam dan diatas tanahnya mereka sendiri.
Keempat, apa gunanya kami tidak melihat dan menemani rakyat kelas bawah yang hidup disetiap pelosok atas tidak bersalah dan berdosa.sedang ditikam dan dipenjarakan tanpa proses hukum yang jelas.
Kelima, untuk apa datang di tanah Papua, jika tidak memihak kepada masyarakat Papua hanya suka provokasi dan persuasi masalah yang tidak benar dan hanya memiliki berjiwa merugikan, merampas, merampok, dan mengecewakan orang Papua.
Keenam, tugas apa datang hidup di tanah Papua dengan maksud jahat dan memamerkan titel yang setinggi-tinggi dengan latar belakang yang jahat, hanya merugikan rakyat dan menjadi suka pembala kepada pembohong dan perampok.





Ketujuh, untuk apa datang mendominasi dan menghegemoni diwilayah Papua Barat, jika setiap masalah sedang terjadi di tengah masyarat adat tidak mutual dan komunal, dan selalu suka membela dan memihak kepada Negara moderen Demokrasi Indonesia yang tidak adil dan wajar sedang implementasikan di tanah Papua.
Penulis dengan sikap yang tabah dan tulen menegaskan kepada seluruh penduduk luar (non-Papua) yang datang tinggal hidup di tanah Papua dan orang Papua yang tidak peduli dengan peniksaan terjadi tanah Papua, Jangan berpura-pura tuli dan bisu atas kekejaman pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang sedang terjadi terhadap rakyat Papua diseluruh territorial di pulau Papua bagian Barat (West Papua). Sebenarnya sebagai manusia yang berakal budi dan beretika, harus menyuarakan dan membela kepada mereka yang lemah dan tertindas.

4. Pemimpin Yang berpura-Pura Tidak Tahu Dengan Keadaan Rakyat Papua


Orang Asli Papua (OAP) mulai dari dekade ini harus ketahu bersama bahwa, jangan suka berpura-pura tidak tahu atas semua konflik berdimensi (horizontal & vertical) sedang terjadi di tanah Papua, tapi harus berdiri dan berubah gaya berpikir yang jernih, suci, cerdas, dan sadar menjadi orang Papua yang benar-benar mempunyai jika kemanusiaan dan kerakyatan yang tinggi, serta dalam benak dan batinnya harus memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme Papua yang besar.
Untuk kedepan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa Papua barat yang bermartabat dan bermoral (dignity & morality). Dr. Socratez Sofyan Yoman, juga pernah mengingatkan, (Yoman, Kami terus bersuara atas kebenaran, 2018)5


5
 “Apa gunannya hidup ini punya iman tapi tidak berbicara benar dan jujur. Apa gunanya hidup ini punya ilmu tinggi tapi tidak membela yang tertindas melainkan berpihak pada sipenindas. Apa gunanya hidup ini punya kedudukan tapi menebarkan kebohongan dan mempertahankan yang bohong." Dr. Socratez S.Yoman (Ita Wakhu Purom, 27 Agustus 2018; 06:42AM.)





Seluruh masyarakat pribumi Papua Barat (West Papua Indigenous peoples),  saat ini bukan posisi bersantai dan bertopeng dibawah sayap garuda Indonesia mati harga, tapi sebaikanya bepikir kedepan dan mengingat generasi yang akan datang agar mereka tidak melulu dengan pemaksaan bangsa Indoensia dengan moncong senjata yang kejam gabunng dalam genggaman Negara modern Indonesia. Tapi dengan prinsip yang jelas, orang Papua harus bangkit dan berdiri harga diri sebagai orang Papua yang harus merdeka dan berdaulat (sovereignty) diatas tanah pusaka Pulau Papua bagian barat (West Papua).
Seluruh (AOP) terutama figure-figur Papua harus mengenal, melihat, mencermati, dan merenungkan tekanan hati yang penuh berwibawa atas semua tragedy terjadi di tanah Papua. Atas semua masalah terjadi ini, dalam buku Pastor. Dr. Neles Tebay juga telah menjabarkan di buku nya, “semua perbuatan terjadi di tanah Papua, kita akan selesaikan didasarkan atas dan dijiwai oleh prinsip-prinsip universal seperti cinta kasih (compassion), kebebasan (freedom), keadilan (justice), dan kebenaran (truth) (Tebay,2009)”.6 Berdasarkan dengan konteks ini, setiap Pejabat Papua, tokoh akademisi, tokoh agama, tokoh adat, tokoh Elsham, tokoh masyarakat, tokoh penguasa di Papua (stake holders), pembohong yang ada Papua, perampok yang ada di Papua, pembunuh yang ada di Papua, dan sarang atau kantor dengan  latar belakang visi yang jahat telah dirikan diatas Pulau Papua, segera dihentikan.
Setiap aktor yang selama ini suka mengintimidasi dan mengkhianati orang Papua harus sadar, agar kedepan membuka hati dan pikiran yang baik untuk membanguan kedamian dan kemerdekaan abadi bagi bangsa Papua kedepan. Bukan menahan dan memelihara bangsa benalu (parasite) Indonesia yang sedang mendominasi dengan moncong senjata biadab Indonesia sedang membunuh dan meniksa kepada orang Papua (civil society) hingga detik ini masih terus dilakukan dengan perlakuan tidak adil dan beradab.

6
 Neles Tebay, Dialog Jakarta-Papua, Sebuah Perspektif Papua; Hal: 24, SKP Jayapura, Numbay-Jayapura.


5. Bangsa Papua Harus Bangkit dan Bersatu Untuk Berjuang Dalam Hati Yang Damai Dan Bermartabat

Bangsa Papua harus bergandeng tangan dan bersatu-padu mematahkan sayap pembunuh dan peniksa kepada rakyat Papua yang sedang hampir punah, ditembak dan ditikam oleh aktor dan agitator tertentu yang tidak bertanggung jawab seenaknya menewaskan nyawa dan mengacaukan hubungan social yang baik dan akrab sebagai orang asli Papua yang utuh. Dengan stigma kepunahan ini, seluruh orang Papua harus berjuang sambil saling menghargai dan bahu-membahu dalam ikatan kebersamaan yang kuat dan tangguh (togetherlness & compactness), untuk menemukan perdamaian dan kebebasan absolut bagi orang Papua.
Mengingatkan oleh, (Dr. Neles Tebay Pr,),“kekerasan dengan motivasi dan tujuan apa pun tidak akan pernah menyelesaikan masalah Papua. Cara-cara itu justru semakin merendahkan martabat manusia dan menginjak-injak nilai perdamaian yang diperjuangkan. Pada dasarnya manusia diciptakan dengan akal sehat, kehendak, perasaan, dan hati nurani. (Tebay, Dialog sebagai Upaya Membangun Perdamaian di Papua, 2012)7 Saat ini seluruh rakyat orang Papua harus mampu memahami dan mengendalikan ulah budaya barat berpenampilan moderen usang dan prematur kombinasi dengan teknologi dan kriminologi sedang berdansa dan menari di bumi Cendrawasih dengan tujuan jahat menghabiskan nafas bagi orang Papua. Orang Papua mesti diukur dengan kebiasaan-kebiasaan kehidupan zaman moderen lebih berbahaya telah kombinasi dengan Negara modern Indonesia.
Jika orang Papua tidak ikut berpartisipasi dan tidak peduli dengan pejuang- pejuang Papua yang cenderung menemukan perdamaian dan kebebasan bagi bangsa Papua, maka kedepan (OAP) akan punah dan musnah dari perbudakan sistem geo


7
Lih,Dialog sebagai Upaya Membangun Perdamaian di Papua Dikutip dalam https://nasional.kompas.com,2012/06/25.



politik global dan ekonomi global sedang mengancam telah kombinasi dengan bangsa moderen usang Indonesia di Pulau Papua bagian barat (West Papua).
Semua masalah terjadi karena pengaruh pihak luar (non-Pupua) dengan kepentingan tertentu datang di pulau Papua bagian barat (West Papua), maka orang Papua jangan menjadi seorang yang suka penonton setia dari layar belakang, ketika orang lain menyuarakan dan menyampaikan gagasan tertentu bersifat perdamaian dan kebebasan bagi orang Papua. Lihat (Yoman, Kami Meperjuangkan Martabat Bangsa Papua, 2019)8

6. Penutup


Penulis ingin menyerukan dengan sikap hati yang teguh, tulus, dan terendah kepada Orang Asli Papua; harus bersatu-padu dan setia dalam perjuangan West Papua harus Merdeka (Independent), karena selama beberapa dekade silam ini, rakyat Papua hidup bersama dengan Indonesia tidak nyaman dan tidak terhormat sebagai manusia yang beradab atas pandangan Indonesia (Melayu) terhadap Rakyat Papua (Melanesia). Harus satu tekad keluar dari perbudakan bangsa Indonesia dan sistem global yang sedang mempermainkan dan memarjinalkan bangsa Papua dalam perkembangan segala aspek di bumi tanah Papua.


8
“Kami dalam memperjuangkan martabat (dignity) rakyat dan bangsa West Papua tidak dengan cara-cara mengemis dan tunduk-tunduk kepada penguasa colonial moderen Indonesia, karena sejak dulu kami bangsa yang berdaulat dan terhormat diatas tanah leluhur kami.” Dr. Socratez S. Yoman. Ita Wakhu Purom, Rabu, November 2019.


7. Kesimpulan


Perdamaian bagi bangsa Papua Barat (West Papua) cepat atau lambat pasti bebas dari perbudakan system global dan bangsa moderen kolonial Indonesia. Dengan pastinya, semangat nasionalisme dan patriotisme rakyat Papaua terus bertumbuh dan berpatri di setiap hati dan nurani orang Papua harus merdeka dan kembalikan kedaulatan sendiri bagi orang Papua. Atas semua masalah ini, membuka ruang terbuka secara bermartabat diantara orang Papua (Malanesia) dan Indonesia (Melayu) di kawal oleh pihak ketiga yang adil sesuai mekanisme keadilan dan kebenaran (defacto), dan sesuai amanat hukum international yang berlaku tanpa dipaksa disembunyikan pulau Papua bagian barat (West Papua) harus merdeka (dejure) yang telah sahkan dan sedang berlaku di Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) harus mengakui.

Daftar Pustaka


Tebay. (2009). Dialog Jakarta-Papua Sebuah Prespektif Papua. Jayapura: SKP Jayapura. Tebay. (2012, 05,25). Dialog sebagai Upaya Membangun Perdamaian di Papua. Retrieved
Desember Kamis, 2019, from Kompas.Com: https://nasional.kompas.com Yoman, Sofyan, (2011). Gereja Politik & Papua Barat. Jayapura: Cendrawasih Press. Yoman. (2011). West Papua Persoalan International. Jayapura: Cendrawasih Press.
Yoman. (2016,09, 02). Sejarah Papua yang Dipalsukan. Retrieved November Kamis, 2019, from Satu Harapan: http://www.satuharapan.com/read-detail/read/sejarah-papua- yang-dipalsukan
Yoman,Sofyan, (2018, Agustus Selasa). Kami Terus Bersuara Atas Kebenaran. Jayapura, Provinsi Papua, West Papua.
Yoman. (2019, November Rabu). Kami Meperjuangkan Martabat Bangsa Papua. Jayapura, Provinsi Papua, West Papua

Indonesia dan Papua: Telah Gagal Bangsa Indonesia Mengindonesia Bangsa Papua

Read More

Copyright © Suara kasawan Kehijauan Piyaiyita | Designed With By Blogger Templates
Scroll To Top