Abstak
Rumah yame owaa/emawa adalah tempat
pengumpulan parah pria atau laki-laki, dan disitu ada banyak cerita yang mereka
ceritakan. Bukan hanya cerita tertapi dimana para laki-laki melakukan apa saja
yang mereka lakukan-tradisinya mereka dalam hal ini orang papua lebih khususnya
wilaya mee-pago atau meuwodide, baik itu membuat berbagai kreatifitas,
berkaitan dengan budaya yaitu panah
jubii, noken, aksesoris dan busana mereka.
kata kunci: wilaya mee-pagoo, emawa/yamewa, budaya, -
cerita.
I.
Pendahuluhan.
Pandangan umum budaya adalah kebiasaan yang turun temurun dari
kenerasi ke kenrasi, berhungan dengan kebiasahan masyarakat setempat suatu wilaya. Penulis memandu
mendalam terkait dengan aktifitas yang dilakukan oleh suku mee di wilaya di meuwodide berkait dengan
aktifitas yang dilakukan dalam rumah lelaki/pria di yamewa atau emawa tersebut
sebagai berikut:
1. Wilaya mee-pagoo adalah wilaya adat
leluhur nenek moyang suku mee/ekari yang berdominasi batas wilaya kegata sampai
dengan makatakaida itu adalah wilaya yang kasih oleh Tuhan (Ugatame) dengan
Cuma-Cuma, untuk mewariskan oleh generasi ke kenerasi suku mee di (meuwodide)/meepagoo.
2. Emawa adalah tempat dimana para-pria
yang meginap tempat tersebut. Dalam hal ini rumah permanen yang mereka bangun
untuk para-relaki yang tidur bangun dan
melakukan berbagai aktifitas didalam di kediaman mereka.
3. Dalam emawa/yamewa tersebut mereka juga melakukan berbagai aktifitas yang sering dilakukan baik itu lagu tradisional (Ugaa), cerita mob, cerita pendek CERPEN, cerita terkat relatifitas maskawin, cerita rakyat (Umitou-Mana) dan berbagai bentuk cerita. Selain itu mereka juga memotifasi dan menasehati satu sama lain memberi cerama metode oral/lisan terhadap anak-anak mereka atau orang yang lebih mudah dari mereka. Agar adanya oral-teori tersebut, anak-anak atau parah lelaki muda (umitou-mana) itu sebagai pedoman tolak ukur masa depan mereka.
II.
Landasan kehidupan suku mee/ekari
Tatanan hidup suku mee tidak
terlerpas dari (moralistas, spirtualitas, humanisme, relatifitas, dan heritabilitas
tanah leluhur mereka “heritage of the land”).
a. dengan adanya Dinamika pondasi siklus
diatas suku mee juga punya jati diri sebagai kebanggaan itu sendiri, mereka
mempunyai “moralistas” atau jati diri
mereka yaitu budaya, dalam hal ini adat istiadat yang begitu eloknya, (koteka
moge) yang menujukan mereka juga punya ciri-kash budaya “show of the culture” budaya atau kebiasaan suku mee adalah modal
yang tidak bisa bayar oleh harta bendah berbentuk apapun, karena budaya adalah
harkat dan martabat suatu bangsa yang mewarnai identitas suku bangsa tersebut.
b. Selain Budaya, suku mee/ekagi juga
memiliki kepercayaan “spritualitas” yang sangat ketat, kuat, bersifat terhormat
dan cuci. Sebelum misionaris masuk di meuwodide mereka juga mempunyai dasar
humum Tuhan 10 (sepuluh) hukum Allah (diyodouya
mana-gati) dan mereka juga percaya bhawa Tuhan yang menciptakan Langit dan
bumi serta segala isinya itu ada (Ugatame).
secara literal/harfial UGATAME ialah yang menciptakan segalah sesuatu langit dan bumi
serta segalah isinya. Artinya Ugatame. Kepercayaaan mereka kepada ugatame itu
sangat cuci, sacral dan terjaga sehinggah kepercayaan tersebut juga selaluh
mereka komandangkan dalam berbagai acara atau Ibadah mereka.
c. Suku mee/ekari juga mempunyai kasih
dan Kemanusiaan “humanisme” yang sangat erat
dengan budaya mereka, suku mee selaluh kasih yang besar dan psikologis orang
mee pada umumnya memiliki kasih sayang sangat terjaga dan mereka juga
menghargai pegujun atau suku papua lain yang datang di daerah mereka kampung tertentu, orang yang pendatang itu
sangat special dalam kehidupan mereka. Sehingah, mereka melakukan pesta yang
sangat meria bagi mereka sebagai tanda kehormatan sebagai teman atau saudara
yang terhormat, Dalam kehidupan suku mee.
d. Salah satu, kebiasaan yang terjaga
dalam kehidupan suku mee/ekari ialah hubungan “relativities” suku mee yang sangat kuat dalam kekeluarga mereka ialah memiliki
harga diri sebagai Om, none/akone, akaitayoka/naitaiyoka, akepa/anepa ani
keneka/aki keneka dan lain sebagainya, yang artinya dalam budaya suku mee memiliki kerabat keluarga yang sanggat panjan “relativities of
the family”.
e. Suku mee/ekari memiliki tanah yang
luas batas wilayah Kegata samapai Makatakaida itu disebut dengan (Meuwodide)
adalah pemilik Wilaya Adat Mee-Pagoo lebih khusunya suku Mee/Ekari saja . kehidupan
orang papua dan lebih khususnya suku mee/ekari bersifatnya kehidupan mereka kelangsungan
hidup ”viability” dalam hal ini tanah
atau lahan ini memberikan mereka berkebung, nelayang, ternak, berburuh dan bangun rumah dan mewariskan tanah/lahan nenek
moyang mereka “heritage of the land” dan tanah itu sifatnya mama kita, tanah
ini yang memberi kita hidup di atas tanya itu sendiri
III.
PENUTUP
Kehidupan suku mee/ekari memiliki batas wilaya yang yelas yaitu mee-pagoo atau meuwodide. parah relaki atau kaum pria mempunyai emawa/yamewa yang disebut dengan rumah untuk lelaki para kaum pria yang berpusat atau kediaman untuk tempat tinggal mereka.
Suku mee/ekari juga, tidak terlepas dari kerabat keluarga mereka sebagai melengkapi dan mejaling untuk ambahkaan dalam kehidupan mereka sebagai hubungan yang panjang dalam kehidupan suku mee mereka.
Suku mee, selaluh patut kepada kepada 10 (sepuluh) hukum Allah (diyodouya mana gati) sebagai penenutuh hidup dalam suku mee. Apabilah melangar salah satu hukum orang tersebut umur pendek dan tidak lama lagi meningal dunia.
Suku ekari juga memiliki (humanisme dan sociable) yang tinggi untuk kehidupan sehari-hari mereka. Akan tetapi, itupun juga tidak semua orang. Namun, kebanyakan mudah bergaul “sociable” terhadap hal-hal baru, baik itu hal negatif maupun positif tergantung orangnya.
Suku mee sendiri
mereka mempercayai Ugatame adalah segala Tuhan di muka bumi ini. Sehingga,
kehidupan mereka jahu dari beribadah dan bersyukur kepada Ugatame, mereka
selaluh merasa putus asa dan tidak ada harapan bagi mereka karena mereka merasa hubungan intim dan
terjaling dengan Ugatame Sebagai Tuhan Mereka sudah jahu dari mereka. Karena anggapan
dan kepercayaan mereka Ugatame adalah segala yang diciptakan di muka bumi ini
hanya melaluhi dia maka kehidupan mereka selaluh mendahulukan Ugatame dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
0 $type={blogger}:
Post a Comment