thumbnail

Papua Itu Surga, Tapi Berbahaya bagi Pemiliknya



Di sebuah pulau yang terletak di timur Indonesia, terdapat sebuah daerah yang begitu indah, kaya akan keanekaragaman hayati, budaya, dan keindahan alam yang mengagumkan bernama Papua. Dari puncak pegunungan yang menjulang tinggi hingga pasir putih yang membentang di sepanjang pantai, pulau ini adalah surga bagi para wisatawan yang mencari petualangan.

Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh penduduk asli Papua (indigenous people). Mereka, yang dikenal dengan kelestarian budayanya dan kearifan lokalnya, sering kali terjerat dalam konflik dan eksploitasi. Sumber daya alam yang melimpah, seperti emas dan mineral lainnya, menjadi magnet bagi para investor yang datang untuk mengeksploitasi kekayaan tanah Papua, tanpa memperhatikan nasib masyarakat lokal.

Di Kampung kecil bernama Anoarop, hiduplah seorang pemuda bernama Daniel. Sejak kecil, Daniel sangat mencintai tanahnya. Ia sering mendaki gunung, menjelajahi hutan, dan berenang di sungai yang jernih. Baginya, setiap sudut Papua adalah surga. Namun, kehidupan sehari-hari keluarganya banyak dipenuhi tantangan. Ia melihat orang-orang yang seharusnya menikmati hasil bumi mereka justru terpinggirkan dan tersisih oleh perusahaan-perusahaan yang datang mengklaim tanah mereka dengan janji-janji palsu.

Suatu ketika, ketika Daniel sedang berbincang dengan ayahnya, mereka menerima kabar bahwa sebuah perusahaan besar berencana untuk mengeksplorasi tambang emas di dekat desa mereka. Rasa cemas menyelimuti hati Daniel. Ia tahu, jika tambang dibuka, keindahan alam di sekitar mereka akan hancur, dan masyarakat akan kehilangan tempat tinggal serta sumber penghidupan.

“Papa, kita tidak bisa membiarkan ini terjadi! Kita harus berjuang untuk tanah kita!” seru Daniel penuh semangat.

Ayahnya menatap putranya dengan tatapan penuh harap, namun juga penuh kekhawatiran. “Anakku, perjuangan ini tidaklah mudah. Banyak orang yang terjebak dalam janji manis perusahaan. Mereka akan datang dengan kekuatan dan uang. Kita harus hati-hati.”

Namun, hati Daniel tak bisa dibendung. Dia mengorganisir pemuda-pemuda Kampung untuk berkumpul dan berdiskusi tentang nasib tanah mereka. Agusta, seorang guru di Kampung itu, ikut bergabung. Dia memberi mereka spirit dan pengetahuan tentang hak-hak mereka sebagai pemilik tanah. Daniel merasa semangat juangnya semakin membara.

Hari-hari berlalu, dan Daniel bersama teman-temannya semakin aktif menyuarakan penolakan terhadap eksploitasi tanah mereka. Mereka membuat spanduk, mengadakan pertemuan, dan menyusun rencana untuk berdialog dengan pihak perusahaan. Namun, semakin mereka bersuara, semakin kuat tekanan yang mereka rasakan. Ancaman demi ancaman datang dari kelompok yang mengklaim diri sebagai pengawal proyek tersebut. Mereka adalah TNI/Porli Indonesia.

Suatu malam, ketika Daniel pulang dari pertemuan, dia melihat bayangan mencurigakan di tepi jalan. Jantungnya berdegup kencang, dan tanpa berpikir panjang, dia berlari pulang, berteriak memanggil ayahnya. Keluarga mereka terpaksa bersembunyi, menjauhi ancaman yang mengintai.

Hari demi hari, semakin banyak penduduk yang takut untuk berbicara. Namun, semangat Daniel tidak padam. Ia tahu, jika mereka menyerah, surga yang mereka cintai akan hancur. Dengan keberanian yang tersisa, dia mengajak penduduk untuk berkumpul di kampung itu dan mengadakan aksi damai, menyuarakan kebencian mereka terhadap eksploitasi.

Daniel berdiri di depan kerumunan, berseru, “Papua ini adalah rumah kita! Kita tidak bisa membiarkannya diambil oleh orang-orang yang tidak mengerti arti tanah ini! Kita harus bersatu!”

Aksi tersebut mungkin tidak mengubah keadaan secara langsung, tetapi suara Daniel dan penduduk Kampung mulai terdengar hingga ke telinga orang-orang luar. Beberapa media mulai meliput, dan perhatian publik pun mulai tertuju pada apa yang terjadi di Aroanop.

Namun, risiko yang dihadapi Daniel dan masyarakatnya semakin meningkat. Laporan-laporan mengenai intimidasi terus datang, tetapi Daniel tetap teguh pada pendiriannya. “Kami akan memperjuangkan hak kami, meski nyawa menjadi taruhannya,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Kesadaran mulai menyebar. Banyak orang dari luar berdatangan untuk memberikan dukungan bagi perjuangan mereka. Perlahan, kekuatan masyarakat bangkit, dan banyak yang mulai memahami betapa berharganya tanah Papua. Masyarakat internasional mulai memberi tekanan kepada pemerintah dan perusahaan untuk menghormati hak-hak masyarakat lokal.

Akhirnya, setelah bertahun-tahun perjuangan, perusahaan itu Semaking bertambah tumbuh. Masyarakat Aroanop menyerah atas   hak-hak mereka. Daniel menyadari bahwa surga yang mereka miliki harus dijaga dengan usaha dan kerja keras, meski itu datang dengan risiko. Dia tahu, Papua adalah surga bukan hanya karena keindahan alam, tetapi juga karena keberanian masyarakatnya untuk melawan ketidakadilan.

Tetapi, pihak ketiga yang ambil kendalih mereka adalah pemerintah daerah sampai pusat mereka adalah kaki-tangan dari pihak kapitalis local dan adikuasa atas orang pribumi/ (indigenous people) mestinya mereka menyadari bahwa harus hargai dan hormat sebagai hak-hak pribumi sebagai pewaris negeri mereka.

Dengan setetes air mata bahagia, Daniel menatap langit Papua yang cerah. “Kami akan terus berjuang, bukan hanya untuk kami, tetapi untuk generasi yang akan datang,” katanya, penuh harapan. Surga ini adalah tanggung jawab setiap anak Papua, dan mereka akan terus menjaga keindahan dan kearifan tanah mereka.

Surabaya, 13 Feb 2025

 

 

thumbnail

KEHIDUPAN DALAM PILOSOPI LENGSA ESTETIKA.

Seorang anak laki-laki Berna Sepanya di Sebuah kampung yang Melodi Dalam Warna kehidupan 

Di sebuah Kampung kecil yang terletak di pinggir pegunungan, tinggal seorang pemuda bernama Sepanya Sejak kecil, Sepanya terpesona oleh suara alam di sekitarnya. Suara gemerisik dedaunan, aliran sungai, dan nyanyian burung saat pagi hari selalu berhasil menghanyutkan pikirannya. Ia percaya bahwa alam memiliki melodi yang kaya, dan ia ingin menggarapnya menjadi sebuah karya musik.

Suatu hari, di tengah kebun yang dikelilingi oleh pohon-pohon rindang, Sepanya memutuskan untuk mengumpulkan berbagai suara alam yang ada. Ia membawa alat musiknya, sebuah gitar tua yang diwariskan oleh kakeknya, dan berjalan menyusuri jalan setapak yang berkelok.

Langkah pertama membawanya ke tepi sungai, di mana suara aliran air terdengar jernih. Sepanya mulai memainkan petikan gitar, menyesuaikan nadanya dengan irama air yang mengalir. Ia merasakan betapa harmoninya petikan gitarnya menyatu dengan suara alam. Seakan alam menyanyikan lagu yang sama bersamanya.

Dari tepi sungai, Sepanya melanjutkan perjalanan menuju hutan. Di sana, suara burung berkicauan menjadi latar belakang yang menggembirakan. Dengan energik, ia menambahkan beberapa nada ceria ke dalam permainan gitarnya. Setiap kicauan burung membuatnya terinspirasi untuk menyusun melodi baru, seolah hewan-hewan kecil itu mengikuti setiap petiknya.

Di tengah perjalanan, Sepanya menemukan sebuah padang bunga yang penuh dengan warna-warni cerah. Ia terpesona melihat kupu-kupu berterbangan, menari di antara bunga-bunga. Sepanya berhenti sejenak dan teringat, bahwa setiap warna bunga memiliki maknanya sendiri. Ia pun mulai menggubah nada-nada yang lembut, seakan menciptakan simfoni untuk menghormati keindahan alam.

Saat matahari mulai terbenam, Sepanya menuju puncak bukit yang menghadap ke desa. Di sana, ia duduk dan memandang hamparan langit yang berubah menjadi warna oranye, merah, dan ungu. Suara angin berbisik lembut di telinganya. Dalam momen itu, Sepanya merasakan kedamaian yang mendalam. Ia mulai bermain gitar lagi, mengalunkan nada-nada yang tenang, menciptakan melodi yang bercerita tentang perjalanan hari itu—keindahan yang ia temui, suara yang ia dengar, dan warna yang ia saksikan.

Ketika malam tiba dan bintang-bintang mulai bermunculan, Sepanya merasakan bahwa ia telah menciptakan sesuatu yang spesial. Semua suara dan warna alam yang ia rekam dalam kenangan kini terjalin dalam sebuah melodi yang unik. Dengan penuh semangat, ia kembali ke desa dengan harapan untuk membagikan karyanya kepada penduduk desa.

Pada malam perayaan desa, Sepanya melangkah ke panggung kecil yang disiapkan. Ia melihat wajah-wajah penuh harapan dari penduduk desa yang ingin mendengar suaranya. Dengan percaya diri, ia mulai memainkan gitar dan menyanyikan melodi yang telah ia ciptakan, menggabungkan suara alam dengan perasaan yang ada di dalam hatinya.

Malam itu, ketenangan dan keindahan alam seolah hadir dalam setiap nada yang Sepanya lantunkan. Semua orang terdiam, menikmati keajaiban yang timbul dari kolaborasi antara manusia dan alam. Setiap suara, setiap petikan gitar, dan setiap lirih nyanyian membentuk sebuah narasi magis tentang harmoni yang selama ini tersembunyi.

Ketika lagu terakhir berakhir, tepuk tangan bergemuruh, dan Sepanya merasa bahwa ia telah menemukan tujuannya. Musik tidak hanya sekadar nada, tetapi juga tentang menangkap esensi dari alam dan mengungkapkannya. Di dalam berbagai warna yang ada, Sepanya menemukan makna yang lebih dalam—bahwa ada keindahan dalam kebersamaan antara manusia, alam, dan musik.

Sejak hari itu, Sepanya menjadi penggubah musik yang dikenal di seluruh Kampung. Ia terus menciptakan lagu-lagu yang menggambarkan keindahan alam, berharap agar anak-anak muda di desanya pun bisa merasakan dan menghayati harmoni yang ada di sekitar mereka. Dengan setiap melodi yang diciptakannya, Sepanya mengajak semua orang untuk terhubung kembali dengan alam dan menemukan keindahan dalam warna-warna yang ada.

thumbnail

DALAM KEBIMBANGAN ARA KEHIDUPAN.

Seorang Gadis Bernama Sepina Di sebuah Kampung

Di sebuah Kampung kecil yang penuh dengan kehidupan, hiduplah seorang gadis bernama  Sepina. Sejak kecil, Sepina memiliki segudang mimpi yang ingin dicapai. Namun, semakin ia tumbuh dewasa, semakin banyak pilihan yang harus dihadapi, dan semakin jelas baginya bahwa ia tidak mengerti apa yang sebenarnya ia inginkan.

Setiap pagi, Sepina  pergi ke sekolah dengan senyum di wajahnya. Teman-temannya tampak percaya diri, mereka tahu apa yang ingin mereka capai. Ada yang bercita-cita menjadi dokter, ada yang ingin menjadi seniman, dan ada pula yang merencanakan untuk kuliah di luar negeri. Namun, di dalam hati Sepina, bergejolak sebuah kebingungan.

Suatu hari, di akhir pelajaran seni, guru mereka menunjukkan beberapa karya seni dari berbagai seniman terkenal. "Karya-karya ini lahir dari keinginan dan keberanian untuk mengejar apa yang mereka cintai," ujarnya sembari memegang lukisan berwarna cerah.

        Sepina menatap lukisan itu, merasa terpesona. Namun, saat teman-temannya bersemangat berdiskusi tentang bagaimana mereka ingin berkarya, Sepina justru terdiam. Ia merasa kosong, seolah ada sebuah jurang di antara dirinya dan passion yang mereka miliki. Apa yang sebenarnya ia inginkan? 

    Malam harinya, Sepina  duduk di meja belajarnya dengan buku-buku terbuka di depan mata. Ia mencoba membuat daftar tentang apa yang ia sukai. Namun, hanya satu kata yang muncul di benaknya: "tidak tahu." Frustrasi mulai merayap dalam dirinya. Ia merasa terjebak dalam kebingungan yang tak berujung.

        Hari itu pun berlalu, dan hari-hari berikutnya juga tak memberikan kejelasan. Sepina mulai menarik diri dari teman-temannya, merasa seperti orang asing di dunia yang seharusnya akrab baginya. Suatu sore, saat berjalan sendirian di taman, ia teringat akan hobi lamanya—menggambar. Tanpa berpikir panjang, ia mengambil seperangkat alat menggambar dari rumah dan kembali ke taman itu.

        Dengan setiap goresan pensil di atas kertas, Sepina  merasakan sesuatu yang telah lama hilang. Sebuah ketenangan menyelimuti jiwanya. Ia menggambar segala hal yang ada di sekitarnya—pepohonan, langit, hingga senyuman anak-anak yang bermain. Dalam kesunyian dan kebebasan itu, ia mulai menyadari bahwa mungkin tidak perlu terburu-buru menemukan jawaban.

    Hari demi hari, Sepina  menghabiskan waktu di taman menggambar. Ia tidak lagi merasa tertekan untuk menemukan apa yang diinginkannya. Alih-alih, ia belajar menikmati prosesnya. Ia mulai menghadiri kelas seni di sekolah, berkenalan dengan teman-teman baru, dan merasa bahwa hidupnya memiliki warna yang dulu seakan hilang.

    Seiring waktu, kebingungannya perlahan sirna. Sepina masih belum sepenuhnya tahu apa cita-citanya, tetapi ia sadar bahwa setiap langkah kecil menuju hal yang ia cinta adalah bagian dari perjalanan itu sendiri. Ia tidak lagi merasa terasing, dan dalam ketidakpastian, ada keindahan yang dapat ditemukan.

        Ketika Sepina  melangkah maju, ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa hidup adalah tentang eksplorasi. Ia mungkin tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkannya saat ini, tetapi untuk pertama kalinya, ia menerima kebimbangan itu. Dan dalam penerimaan itulah, Sepina  menemukan kebahagiaan yang sederhana—menjadi dirinya sendiri, tanpa harus mencari-cari jawaban yang tidak selalu harus ada.


thumbnail

Refreksi penguna media TikTok, bagi generasi X papua.

 

Judul: Refreksi penguna  media TikTok, bagi generasi X papua.



Plot ilustrasi.

Di sebuah Kampung kecil di Papua, terletak di samping hutan lebat dan gunung-gunung hijau, hiduplah seorang remaja bernama  Menase . Di usianya yang baru menginjak 17 tahun, Menase  adalah salah satu dari banyak anak muda Papua yang terpesona dengan teknologi, terutama aplikasi TikTok.

Setiap sore, setelah pulang sekolah, Menase  tidak langsung membantu orang tuanya di ladang. Sebagai gantinya, dia meluangkan waktu berjam-jam di depan layar ponsel tuanya, menonton video TikTok. Mengambil inspirasi dari berbagai konten, ia berusaha menciptakan video yang menarik untuk diunggah. Dalam benaknya, TikTok bukan hanya sekadar hiburan; itu adalah jendela ke dunia yang lebih luas di luar kehidupannya yang sederhana.

Menase sangat terpesona dengan berbagai tantangan dan tarian yang viral. Meskipun akses internet di desanya terbatas, ketika jaringan cukup baik, dia bergegas membagikan video dengan tema budaya Papua, seperti tarian tradisional atau lagu-lagu daerah. Dia berharap video-videonya dapat mengenalkan keindahan budaya Papua kepada dunia luar.

Namun, tidak semua orang di  Kampung Menase mendukung kegiatannya. Beberapa orang tua merasa khawatir bahwa TikTok merusak generasi muda mereka. Mereka berargumen bahwa anak-anak lebih baik fokus belajar dan melestarikan tradisi daripada terjebak dalam dunia media sosial yang dianggap mengalihkan perhatian. Terkadang, Menase mendengar bisikan skeptis ketika dia berjalan di sekitar desa. "Anak muda sekarang lebih suka menghabiskan waktu di  layar  daripada belajar dari pengalaman nyata," keluh seorang Orang tua di Kampung.

Suatu hari, saat Menase mengunggah video tarian bersama teman-temannya ke TikTok, video tersebut mulai mendapatkan perhatian. Dalam waktu sekejap, ribuan orang menyaksikan dan memberikan komentar. Menase  merasa bangga dan bangga bisa menunjukkan budaya Papua. Namun, ketenaran itu datang dengan konsekuensi yang tidak terduga.

Komentar-komentar mulai bermunculan. Beberapa positif, memuji keindahan tarian dan budaya Papua. Namun, tidak sedikit juga yang negatif. Beberapa komentar merendahkan, mempertanyakan mengapa Menase dan teman-temannya lebih memilih menunjukkan budaya mereka dalam bentuk tarian TikTok daripada melestarikannya dengan cara yang lebih tradisional. Beberapa menuduh mereka hanya mencari perhatian, tanpa memahami nilai sejati dari budaya mereka sendiri.

 

Dihantui oleh berbagai komentar tersebut, Menase merasakan beban di hatinya. Dia mulai bertanya-tanya: Apakah dengan berpamer di TikTok, artinya dia mengabaikan nilai budayanya? Apakah dunia luar akan mengenali Papua dengan cara yang sederhana seperti itu? Day-to-day, keraguannya semakin membesar.

Satu malam, Menase pergi ke tepi sungai, tempat ia sering merenung saat bingung. Dengan air yang mengalir tenang dan suara alam sekitarnya, dia mulai merenungkan kehidupannya. Dia teringat pada momen bersama orang tuanya yang mengajarinya cara menari dan menyanyikan lagu tradisional. Dia teringat pada cerita-cerita yang didengar dari kakek dan neneknya tentang bagaimana adat dan budaya merupakan jati diri mereka sebagai orang Papua.

Malam itu, Menase  membuat keputusan. Dia akan menggunakan platform TikTok bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk mendidik dan melestarikan budaya Papua. Dia mulai merencanakan video yang bercerita tentang cerita rakyat, mengajarkan tarian tradisional dengan penjelasan mengenai makna di balik setiap gerakan, dan berbagi kisah tentang kehidupan sehari-hari di desanya.

Ketika video-videonya yang baru mulai diunggah, respon yang dia terima sangat berbeda. Orang-orang dari berbagai penjuru dunia memberikan dukungan dan menghargai upayanya untuk mengenalkan budaya Papua secara mendalam. Tanpa dia sadari, TikTok telah menjelma menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas.

Menase akhirnya menyadari bahwa setiap platform memiliki potensi. Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya. Media sosial tidak harus merusak budaya, asalkan kita dapat menggunakannya untuk merayakan dan melestarikan warisan kita.

Tiga bulan kemudian, Menase berdiri di depan kamera, dengan latar belakang hutan yang lebat. Dia tersenyum, bersemangat. Ini adalah video terbarunya, di mana dia akan mengajarkan tarian tradisional kepada penonton, disertai cerita-cerita yang mendalam tentang kultur Papua. Dengan semangat baru, Menase mengangkat ponselnya dan mulai merekam, yakin bahwa dia sedang melakukan sesuatu yang penting, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

 

 

 

 

Catatan penting dari Plot ilustrasi diatas:

Penulis dengan penuh cermati dari beberapa dekade yang silam dan secara continues ini sangatlah luar biasa dengan adanya mudah aksess internet platform Tiktok adalah generasih x zaman sekarang ini lebih banyak interasi di media Tiktok. Dibanding interaksi dengan luar/ dunia nyata.

Dengan adanya peningkatan aksesbilitas internet dan praform media sosial ini generasi x sekarang bukan hanya media yang interasi bersifat upload video/image, dan text saja tetapi dengan adanya peningkatan penguna media Tiktook generassi x bisa melaksanakan dengan beberapa tips berikut ini:

1.       1. Pendidikan dan Penyebaran Informasi: Generasi X dapat menggunakan TikTok untuk mengedukasi masyarakat tentang masalah yang relevan, seperti kesehatan, hak asasi manusia, pendidikan, dan pelestarian budaya. Konten edukatif yang menarik dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan di kalangan pengguna.


2.Pelestarian Budaya: Dengan membuat video tentang tarian tradisional, musik, pakaian, dan adat istiadat Papua, generasi ini dapat berkontribusi dalam melestarikan dan memperkenalkan budaya mereka kepada khalayak yang lebih luas.


3. Peluang Ekonomi: TikTok menyediakan kesempatan untuk monetisasi konten. Generasi X dapat menghasilkan pendapatan dari konten mereka melalui sponsor atau iklan, yang dapat membantu kesehatan ekonomi pribadi atau mendukung proyek komunitas.


4.       Ekspresi Diri: TikTok memberikan ruang bagi generasi untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Ini penting untuk pengembangan identitas dan rasa percaya diri, memberi mereka saluran untuk berbagi pengalaman dan pandangan individu.


5.       Sarana Aktivisme: Platform ini dapat dimanfaatkan untuk memperjuangkan isu-isu sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia. Generasi X dapat menggunakan video untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu penting yang dihadapi masyarakat Papua.


6.       Keterlibatan Komunitas: Dengan membagikan konten yang relevan terhadap kehidupan sehari-hari di Papua, generasi X dapat membangun komunitas online yang saling mendukung, berbagi informasi, dan mengatasi tantangan bersama.


7.       Tren dan Inovasi: Membuka peluang untuk mengikuti dan menciptakan tren baru yang relevan dengan budaya lokal, memungkinkan generasi ini untuk mengintegrasikan elemen-elemen dari budaya mereka ke dalam platform modern.

Dengan memanfaatkan TikTok secara positif, generasi X Papua dapat berkontribusi pada pengembangan diri, komunitas, dan pelestarian budaya mereka, sambil tetap terhubung dengan dunia yang lebih luas.

 

Surabaya, 05 February 2025

Penulis: (Dance Yumai)

(Mahasiswa Papua Jurusan Sastra)

 

 

 

 

 

thumbnail

CORETAN ANAK KAMPUNG!

CORETAN ANAK KAMPUNG!
Setiap saat dalam hidupmu adalah ibarat gambar yang belum pernah terlihat, dan gambar yang tidak

akan pernah terlihat lagi. Jadi, nikmati hidupmu dan jadikan setiap momen menjadi indah.
Jangan merusak apa yang kau miliki sekarang dengan mengejar sesuatu yang tidak mungkin kau miliki.
Sebab, apa yang ada padamu saat ini bisa jadi merupakan salah satu dari banyak hal yang paling kau
impikan.
Jika kamu berdoa, jangan meminta kehidupan yang mudah, tetapi mintalah kepada tuhan untuk
menjadikanmu pribadi yang kuat.
Hidup itu seperti mengendaradi sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, sepeda harus terus berjalan.
Demikian pula hidup ini.
Rayakanlah setiap hari dalam hidupmu karena sesungguhnya hari esok akan datang sangat cepat.
Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup sebab pendidikan yang sesungguhnya adalah kehidupan itu
sendiri.
Tidak ada hal yang lebih lembut dari kekuatan, dan tidak ada hal yang lebih kuat dari kelembutan.
Orang bebal selalu mengira bahwa tuhan ada di sampingnya. Sebaliknya, orang bijak selalu berusaha
mendekatkan diri kepada tuhan.
Senyuman merupakan hal kecil yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih mudah.
Hidup melalui jalan tanpa hambatan sangat jarang berujung pada kesuksesan.
Kesenanagan terbesar dalam hidup ini adalah melakukan hal, dimana orang lain menganggap bahwa kita
tidak mampu melakukan hal tersebut.

“Alasan kenapa seseorang tak pernah meraih cita-citanya adalah karena dia tak mendefinisikannya, tak
mempelajarinya, dan tak pernah serius berkeyakinan bahwa cita-citanya itu dapat dicapai” (Dr Denis
Waitley, pakar motivasi dan penulis buku-buku self-help)

“Saya memiliki tiga harta. Jaga dan peliharalah: cinta yang dalam, kesederhanaan, ketidakberanian
memenangkan dunia. Dengan cinta yang dalam, seseorang akan jadi pemberani. Dengan
kesederhanaan, seseorang akan menjadi dermawan. Dengan ketidakberanian memenangkan dunia,
seseorang akan menjadi pemimpin dunia”
“Anda harus melakukan sesuatu yang Anda pikir tak akan bisa Anda lakukan”

“Keyakinan merupakan suatu pengetahuan di dalam hati, jauh tak terjangkau oleh bukti”

Pujangga)
“Orang yang terlalu sibuk sangat jarang bisa mengubah pendapatnya”

filsuf Jerman)
“Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang Anda miliki, bukan pula berasal dari siapa
diri Anda, atau apa yang Anda kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran Anda

“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau
setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya”

“Suatu pekerjaan yang paling tak kunjung bisa diselesaikan adalah pekerjaan yang tak kunjung pernah
dimulai”

Sedikit orang kaya yang memiliki harta. Kebanyakan harta yang memiliki mereka

Hidup manusia penuh dengan bahaya, tetapi justru di situlah letak daya tariknya

Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali uang.

Realitas selalu lebih konservatif daripada ideologi

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka
dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

Jadilah diri anda sendiri. Siapa lagi yang bisa melakukannya lebih baik ketimbang diri anda sendiri? –

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita
jatuh.

Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan
anda pada diri sendiri.

Penyasalan kan mungking kamu juga mengalami hal yang sama
imagine of in the past right now and continuous in the future

Salam,
ANAK KAMPUNG
thumbnail

Tetaplah Berlajar di atas Gelombang menuju Merebut Kemenangan.

Ketika gelombang bergulung dan badai menerjang merobek tiang-tiang keberanian, kami masih harus berlabu maju dengan semangat pemberontakan menuju pulau impian. 

Saat samudera kehidupan memperlihatkan keangkuhanannya, kita berdiri kokoh bagai mercusuar kebenaran yang mengarahkan arah kapal.

Kita yakin, di ufuk sana, pulau kebebasan menanti, dan kita akan sampai di sana, meski harus menembus terjangan ombak penuh tantangan. 

Seiring angin berhembus, kita akan terus berlayar, tak pernah surut, menghadapinya dengan senyuman dan keberanian. Bersama-sama, kita adalah armada pemenang, mengantarkan perjuangan ini hingga akhir.

Kawan-kawan, teruslah berlabuh! Dalam ombak badai besar ini, kita tak akan menyerah. Majulah, berlayarlah, pahlawan-pahlawan sejati! Kita akan tetap berjuang hingga akhir.

About